Ekonomi

Ekonomi Kepri Tumbuh 5,01% Y-o-Y: Infrastruktur dan Industri Pengolahan Jadi Pilar Utama

Ekonomi Kepri Tumbuh 5,01% Y-o-Y: Infrastruktur dan Industri Jadi Pilar Utama

KEPRI – Pertumbuhan ekonomi Kepri (Kepulauan Riau) menunjukan dinamika yang cukup signifikan pada triwulan pertama tahun 2024.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau, wilayah ini mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% pada skala tahunan (year-on-year, y-o-y).

Pertumbuhan ekonomi Kepri di triwulan I-2024 tercatat lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan I-2023 (y-on-y) yang tumbuh sebesar 6,51 persen.

Jika dilihat secara kuartalan (quarter-to-quarter, q-to-q), pertumbuhan ekonomi Kepri mengalami kontraksi sebesar 2,79%.

Sektor konstruksi dan industri pengolahan merupakan dua pilar utama yang mendorong ekspansi ekonomi di Kepri secara tahunan. Sektor konstruksi memberikan kontribusi pertumbuhan paling signifikan dengan andil sebesar 2,53 persen.

Ini menandakan bahwa kegiatan pembangunan infrastruktur (baik publik maupun swasta) terus berlangsung aktif dan menjadi motor penggerak perekonomian.

Sementara itu, industri pengolahan berkontribusi sebesar 1,65 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri. Sektor ini terus menunjukkan dinamika positif, didukung oleh kebijakan pemerintah yang pro-investasi dan upaya diversifikasi produk industri.

Mengamati lebih jauh, pertumbuhan di sektor-sektor seperti Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sangat mencolok dengan peningkatan sebesar 25,50 persen tahun ke tahun.

Data ini mencerminkan peningkatan investasi dan aktivitas pemerintah dalam menyediakan layanan publik dan infrastruktur sosial. Sektor ini berkontribusi sebesar 0,45 persen pada pertumbuhan ekonomi Kepri.

Dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memegang peranan terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kepri, dengan andil sebesar 3,35 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa investasi dalam aset tetap, termasuk mesin dan peralatan, serta infrastruktur, terus berkembang.

Di sisi lain, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) juga berkontribusi positif dengan andil sebesar 1,92 persen, menandakan peningkatan kepercayaan konsumen dan daya beli masyarakat.

Pengeluaran konsumsi lembaga non-profit dan pemerintah juga mencatat pertumbuhan yang signifikan, dengan kenaikan masing-masing sebesar 17,76 persen dan 8,09 persen.

Ini mengindikasikan peningkatan aktivitas di sektor-sektor ini yang mungkin terkait dengan program-program sosial dan peningkatan layanan publik.

Kontraksi Pertumbuhan Ekonomi Kepri Secara Kuartalan

Namun, pertumbuhan ekonomi Kepri dibayangi oleh kontraksi yang terjadi di beberapa sektor penting. Pada basis kuartalan, sektor konstruksi mengalami penurunan sebesar 1,79 persen, sementara sektor pertambangan dan penggalian turun sebesar 0,66 persen.

Secara struktural, Industri Pengolahan mendominasi perekonomian dengan proporsi 41,47 persen dari PDRB, diikuti oleh Konstruksi dan Pertambangan. Hal ini menandai Kepulauan Riau sebagai pusat industri yang vital, tidak hanya dalam konteks regional tetapi juga nasional.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh volatilitas harga komoditas global dan penyesuaian kebijakan sektor yang bersangkutan.

Lebih jauh, dari sisi pengeluaran, kontraksi terbesar terjadi pada komponen Net Ekspor yang turun sebesar 8,53 persen, menunjukkan dampak negatif dari perlambatan ekonomi global terhadap ekspor regional.

Dalam skala yang lebih luas, kontribusi Kepulauan Riau terhadap PDRB Pulau Sumatera mencapai 7,41 persen. Menempatkan provinsi ini di urutan kelima dalam kontribusi ekonomi di antara provinsi-provinsi di Sumatera.

Hal ini menunjukkan peran strategis Kepulauan Riau dalam perekonomian regional, terutama sebagai hub logistik dan perdagangan yang penting, berkat posisinya yang strategis di Selat Malaka.

Inflasi Kepri Terkendali

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau mencatat inflasi year-on-year (yoy) sebesar 3,04 persen pada April 2024 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 106,00. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Batam 3,25 persen (IHK 106,22), sementara terendah di Kabupaten Karimun 2,06 persen (IHK 105,43).

“Inflasi yoy Kepri ini disebabkan oleh kenaikan harga pada delapan kelompok pengeluaran, dengan kontributor terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang naik 5,53 persen,” jelas Kepala BPS Kepri, Darwis Sitorus di Kantor BPS Kepri, Kamis (2/5/2024). 

Sementara itu, inflasi month-to-month (mtm) Kepri pada April 2024 tercatat 0,06 persen dengan IHK naik dari 105,94 pada Maret menjadi 106,00. Inflasi mtm tertinggi terjadi di Kota Batam 0,09 persen. Adapun tingkat inflasi year-to-date (ytd) Kepri sebesar 0,81 persen.

Untuk nilai tukar sektor pertanian, BPS Kepri mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) turun 0,21 persen menjadi 105,21 pada April 2024 dibanding Maret. Begitu pula Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang turun 0,04 persen menjadi 105,14.

Di sektor pariwisata, kunjungan wisman ke Kepri pada Maret 2024 tercatat 135.491 kunjungan, turun 6,42 persen dari Februari namun naik 7,95 persen dibanding Maret 2023. Wisman terbanyak berkebangsaan Singapura 53,12 persen.

“Penurunan wisman ini berdampak pada Tingkat Penghunian Kamar hotel berbintang di Kepri yang rata-rata 54,85 persen pada Maret 2024, turun 7,66 poin dari Februari,” imbuh Darwis.

Untuk sektor transportasi, penumpang angkutan udara domestik turun 1,22 persen menjadi 151.298 orang pada Maret 2024. Sementara penumpang angkutan laut dalam negeri turun 3,59 persen menjadi 326.563 orang dan luar negeri turun 5,13 persen menjadi 230.963 orang. (*)

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.