Kinerja Perdagangan Kepri Januari-April 2024: Ekspor Turun 8,44%, Impor Merosot 31,50%
BATAM – Di tengah gejolak ekonomi global, kinerja ekspor dan impor Provinsi Kepulauan Riau pada periode Januari-April 2024 mengalami penurunan signifikan.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa nilai ekspor mencapai US$6.063,57 juta, turun 8,44% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatatkan US$6.622,27 juta.
Sementara itu, nilai impor turun lebih drastis, yaitu 31,50%, dari US$6.356,56 juta menjadi US$4.354,17 juta.
Penurunan ekspor dipicu oleh perlambatan di sektor migas dan nonmigas. Ekspor migas turun 11,27%, sementara nonmigas mengalami penurunan sebesar 7,65%.
Penurunan kinerja perdagangan ini mencerminkan kondisi pasar global yang tidak stabil dan pengaruhnya terhadap permintaan eksternal.
Pelabuhan Batu Ampar, sebagai pelabuhan utama di Provinsi Kepulauan Riau, mencatat penurunan nilai ekspor sebesar 17,40% dalam periode yang sama. Meskipun mengalami penurunan, pelabuhan ini masih menyumbang 48,33% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Riau.
Di sisi lain, impor juga mengalami penurunan tajam. Sektor migas melihat penurunan hingga 52,82%, sedangkan nonmigas turun 26,08%.
Golongan barang mesin dan peralatan listrik (HS 85) merupakan impor nonmigas terbesar, dengan nilai mencapai US$1.751,01 juta, yang menyumbang 46,74% dari total impor nonmigas.
Penurunan kinerja perdagangan ini tidak hanya mempengaruhi kinerja ekonomi lokal tetapi juga berdampak pada aktivitas perdagangan di pelabuhan utama lainnya di provinsi ini. Pelabuhan Sekupang, Kabil/Panau, dan Tanjung Balai Karimun juga melaporkan penurunan dalam nilai impor dan ekspor.
Menariknya, meskipun mengalami penurunan nilai perdagangan, Provinsi Kepulauan Riau tetap mencatatkan surplus perdagangan yang signifikan pada periode Januari-April 2024. Surplus sebesar US$1.709,40 juta didorong oleh surplus di sektor migas yang mencapai US$669,77 juta dan nonmigas sebesar US$1.039,63 juta.
Provinsi Kepulauan Riau juga menunjukkan pola perdagangan eksternal yang menarik dengan negara-negara utama. Amerika Serikat tetap menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar, meskipun mengalami penurunan sebesar 4,00%.
Untuk impor, Tiongkok merupakan negara asal terbesar, meskipun nilai impornya turun sebesar 20,33%.
Pada saat yang sama, Singapura memainkan peran kunci baik sebagai tujuan ekspor migas maupun sebagai negara asal impor migas. Provinsi ini mengimpor migas terbesar dari Singapura, dengan nilai mencapai US$226,65 juta, yang menunjukkan kenaikan 1,24% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun kondisi saat ini menantang, data dan analisis dari BPS Provinsi Kepulauan Riau menyediakan wawasan yang penting untuk pemangku kepentingan di semua sektor. Ini membantu dalam pembuatan keputusan yang tepat dan strategis untuk masa depan ekonomi provinsi.
Analisis tren perdagangan juga menunjukkan kebutuhan untuk diversifikasi ekonomi lebih jauh. Mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan mengeksplorasi sektor-sektor baru dapat membantu mengurangi volatilitas dan membangun ketahanan ekonomi yang lebih kuat. Pendekatan ini juga menciptakan peluang kerja baru dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi dari dalam.
Anomali Data: BP Batam Tumbuh, BPS Turun
Di tengah laporan penurunan kinerja dari Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau (BPS Kepri) yang menunjukkan penurunan signifikan dalam volume dan nilai ekspor dan impor melalui Pelabuhan Batu Ampar, Badan Usaha Pelabuhan BP Batam justru mencatat pertumbuhan positif dalam bongkar muat peti kemas di lokasi yang sama.
Pada triwulan pertama tahun 2024, BP Batam melaporkan pertumbuhan arus peti kemas sebesar 8%, mencapai 156 ribu TEUs dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023.
Menurut Dendi Gustinandar, Direktur Badan Usaha Pelabuhan, khususnya ekspor dan impor peti kemas di Terminal Batu Ampar dan Roro Sekupang mencatat kenaikan 12%. Dendi menambahkan,
“Kinerja arus peti kemas di Triwulan I Tahun 2024 menunjukkan capaian yang menggembirakan, terlebih untuk peti kemas ekspor impor kenaikannya sampai 12 persen dibandingkan periode Triwulan I Tahun 2023.”
Sementara itu, BPS Kepri melaporkan penurunan nilai ekspor dari Pelabuhan Batu Ampar dari USD 3.547,87 juta pada Januari-April 2023 menjadi USD 2.930,68 juta pada periode yang sama di tahun 2024, yang merupakan penurunan sebesar 17,40%.
Demikian pula, nilai impor melalui pelabuhan ini turun dari USD 3.257,02 juta menjadi USD 2.603,29 juta, atau turun 20,07%. Volume ekspor dan impor juga menunjukkan penurunan yang signifikan.
Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan mengenai adanya anomali antara data yang dilaporkan oleh BP Batam dan BPS Kepri. BP Batam melaporkan peningkatan kinerja, sementara BPS Kepri mencatat penurunan nilai dan volume yang signifikan. Hal ini menunjukkan potensi diskrepansi dalam pengukuran atau pelaporan antara dua entitas tersebut.
Diskrepansi antara laporan BP Batam dan BPS Kepri ini menuntut tinjauan lebih mendalam untuk mengidentifikasi penyebab perbedaan data. Apakah ini disebabkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda, atau adanya faktor lain yang belum tercatat dalam analisis statistik, perlu penjelasan lebih lanjut dari kedua lembaga untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan akurat mengenai kinerja Pelabuhan Batu Ampar.
Situasi ini juga menggarisbawahi pentingnya transparansi dan koordinasi antarlembaga dalam pelaporan dan analisis data ekonomi dan logistik untuk menghindari kebingungan dan memberikan informasi yang kredibel kepada publik serta pemangku kepentingan. Analisis mendalam dan terkoordinasi dapat memberikan wawasan yang lebih baik dalam upaya pengembangan infrastruktur dan peningkatan efisiensi operasional yang berkelanjutan.
Batam Berharap Kinerja Perdagangan Meningkat
Nilai ekspor-impor di Kota Batam diharapkan terus meningkat sepanjang tahun 2024. Harapan itu disampaikan Kepala BP Batam, Muhammad Rudi di sela-sela pelayaran perdana kapal kargo MV SITC Hakata rute Batam – China di Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar belum lama ini.
Ia meyakini, pelayaran langsung tersebut akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas ekspor-impor di Kota Batam ke depan. Sehingga, kemudahan yang ada dapat meningkatkan nilai ekspor maupun impor.
“Semua jadi lebih mudah dan akan mempengaruhi harga komoditas agar lebih terjangkau. Jadi, masyarakat pun bisa lebih sejahtera,” ungkap Rudi.
Di samping itu, dia meyakini bahwa kebijakan terkait pelayaran langsung ini juga bertujuan untuk mewujudkan pelabuhan bongkar muat peti kemas berstandar internasional di Batam ke depannya.
Mengingat, BP Batam berkomitmen untuk terus menggesa pembangunan serta pengembangan Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar agar mampu bersaing dengan pelabuhan modern lain. Baik di Indonesia maupun mancanegara.
“Akses menuju ke Pelabuhan Batu Ampar juga terus dibangun dan diperbaiki. Sehingga, pelabuhan ini pun sudah siap untuk bersaing dan melayani bongkar muat berstandar internasional. Tugas kita adalah mendukung perkembangan dan kemajuan Batam saat ini,” tambah Rudi.
Untuk diketahui, MV SITC Hakata memiliki panjang atau Length Over All (LOA) 162 meter. Dengan lebar atau Breadth 26 meter, kapal tersebut memiliki kapasitas 1032 TEUs.
Melalui kerja sama BP Batam dan PT Persero Batam, pelayaran langsung kapal tersebut menuju China pun diharapkan mampu meningkatkan konektivitas dan produktivitas Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar.
“Prosesnya harus lebih mudah ke depan. Kontrolnya pun harus diperketat sehingga Batam menjadi lebih maju, termasuk dalam aktivitas bongkar muat,” tutup Rudi. (*)
Leave a Reply