Keuangan

Rupiah Tersungkur: Dampak Ketidakpastian Global dan Domestik

Rupiah Tersungkur: Ketidakpastian Global dan Domestik Berdampak

JAKARTA – Rupiah Indonesia terjun ke titik terendah empat tahun pada Selasa (16/4/2024), terdepresiasi hingga 16.110 Rupiah terhadap dolar AS, tepatnya pada pukul 09.10 WIB.

Pelemahan ini bukan hanya sekedar reaksi pasar terhadap pembukaan kembali setelah libur, melainkan merupakan cerminan dari kekhawatiran yang lebih luas mengenai inflasi yang meningkat dan ketidakpastian politik pasca-pemilihan presiden.

Turunnya peluang pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dan tekanan inflasi domestik AS yang berlarut-larut, ditambah dengan kekisruhan politik pasca-pemilu di Indonesia memberikan sentimen terhadap pasar.

Faktor Global: Dolar dan Kebijakan Moneter AS

Dolar Amerika mengalami peningkatan tajam terhadap sejumlah mata uang utama setelah data inflasi AS yang dirilis menunjukkan angka yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Hal ini mengurangi ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve di bulan Juni, dengan peluang saat ini hanya berada di 26.0% menurut alat FedWatch CME, turun dari 50.8% hanya dalam waktu seminggu.

Kenaikan indeks dolar ke titik tertinggi dalam 4,5 bulan terakhir menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Dinamika Domestik: Inflasi dan Politik

Inflasi domestik juga memberikan tekanan signifikan pada rupiah. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi tahunan pada Maret mencapai 3.05%, yang didorong oleh kenaikan harga pada komoditas pangan yang volatil seperti beras, ayam, dan telur.

Peningkatan konsumsi selama Ramadan tradisionalnya memicu lonjakan harga, yang memperburuk tekanan inflasi. Biasanya, inflasi yang tinggi akan memicu aksi jual rupiah karena menurunkan daya beli dan mempengaruhi sentimen pasar secara negatif.

Kondisi politik juga turut berpengaruh. Meskipun Prabowo Subianto telah memenangkan pemilihan presiden, tantangan hukum yang diajukan oleh para pesaingnya mengenai hasil pemilu menambah ketidakpastian politik.

Keputusan Sri Mulyani Indrawati untuk tidak bergabung kembali dalam kabinet yang akan datang juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, mengingat reputasinya yang kuat dalam mengelola keuangan negara.

Proyeksi dan Implikasi Ekonomi

Menghadapi ketidakstabilan ini, ekonom di Bank Danamon Indonesia telah menurunkan proyeksi nilai tukar rupiah untuk tahun 2024 menjadi 15.390 per dolar, sebuah penyesuaian dari perkiraan sebelumnya yang lebih optimis.

Ini mengindikasikan bahwa meskipun Indonesia menawarkan yield nyata yang kompetitif di pasar obligasi dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand, tantangan ekonomi dan politik yang berkelanjutan kemungkinan akan terus memberikan tekanan pada mata uang nasional.

Tantangan

Dalam jangka pendek, rupiah mungkin akan terus menghadapi tekanan dari kedua sisi: kebijakan moneter AS yang ketat dan tantangan domestik yang belum terselesaikan.

Pemulihan nilai tukar rupiah akan sangat tergantung pada stabilitas politik domestik dan kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi serta memelihara kepercayaan investor.

Jika tidak, Indonesia mungkin akan menghadapi periode volatilitas mata uang yang berkepanjangan. (*)

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.